Thursday 7 April 2011

Sejarah Batik di Indonesia

       Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

        Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

        Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Tuesday 5 April 2011

Ancient Papermaking

Tidak ada waktu yang jelas kapan diciptakannya tulisan, namun diketahui bahwa bangsa Babilonia dan Mesir huruf alphabet sebelum 4000 SM. Media yang digunakan untuk menulis adalah batu, logam, kayu, ivory, daun dan kulit kayu. Beberapa media tersebut diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum digunakan. Penulis menorehkan tulisannya pada tanah liat yang lunak kemudian membakarnya untuk mendapatkan tulisan yang lebih permanen. Bangsa Mesir menulis di atas permukaan datar daun palma. Bangsa Syracuse menulis di atas daun olive. Sementara itu bagian dalam kulit kayu yang halus juga digunakan sebagai media tulis. Dan ternyata, kata “buku” dalam Bahasa Latin, “liber” berasal dari kata “inner bark” (bagian dalam kulit kayu yang halus). Kata “book” berasal dari Bahasa Anglo-Saxon.

Untuk mendapatkan permukaan yang lebih baik, orang menggunakan kulit dan perkamen dari kulit kambing dan domba yang telah direndam dan dikerik. Untuk itu dibalurkan di atasnya suatu bahan yang dapat membuat permukaannya menjadi lebih menarik.

Penggunaan kulit kayu, daun dan kulit sebagai media tulis merupakan peningkatan yang besar dibandingkan dengan batu atau tanah liat. Di Mesir ditemukan penggunaan papyrus yang proses pembuatannya hampir menyerupai proses pembuatan kertas. Papyrus selanjutnya tidak saja diubah menjadi kertas, tetapi juga menjadi karpet (mats), pakaian (cloth), cords, dan bahkan kapal (boat). Batang tanaman papyrus dipotong menjadi jalur yang panjang dan diletakkan di atas papan secara bersisian. Lapisan berikutnya diletakkan di atasnya pada arah yang menyilang kemudian dibasahi untuk mengembangkan perekat alami dari jaringan. Lembaran yang tersusun kemudian dipukul-pukul , dikeringkan menggunakan sinar matahari, dan dilicinkan. Lembaran seringkali digabung bersama-sama membentuk gulungan sepanjang 2250 cm.

Batik Indonesia

       Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "titik". Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan "malam" (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya "wax-resist dyeing".

       Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.